Manusia bertanduk

Jakarta mempunyai banyak lapangan pekerjaan. Mulai dari tukang pemulung hingga pekerja kantoran yang selalu berdasi. Mari kita bicarakan pekerjaan kantoran. Keragaman penduduk dengan tingkat pendidikan dan kemampuan yang saling bersaing, membuat lapangan pekerjaan tersebut menjadi ‘sempit’. Salah dalam melaksanakan tugas pekerjaan akan ditegur hingga mungkin dipecat. Ada saingan pekerja baru yang mungkin lebih fresh (lebih pintar, lebih berpengalaman, lebih goodlooking, dll) yang dapat menjadi batu sandungan kita di lingkungan kantor.

Pressure yang secara terus menerus ada di sekitar kita itulah yang membuat manusia kadang tidak dapat mengendalikan diri dan emosinya.  Saya kenal seseorang yang menurut saya amat santun, sabar dan selalu menghargai orang, di level stress yang tinggi hal tersebut dinafikan. Teman saya tersebut menjadi bermuka masam, ketus, tidak mau menjawab telepon, dan lain lain.  Keluar tanduknya. Begitu kata rekan kerjanya.

Seperti kita ketahui, biasanya tanduk terdapat pada hewan (atau kalau di film kartun ada peri baik berwarna putih yang bersayap dan mempunyai lingkaran di atas kepala, dan ada setan jahat yang berwarna hitam bertanduk dan suka membawa trisula). Hewan mempergunakan tanduknya untuk menerjang musuh yang akan mengganggunya atau memang digunakan untuk menakuti lawan nya.Tanduk

Lalu bagaimana bila manusia keluar (kadang-kadang) tanduknya. Untuk menakuti lawannyakah? atau untuk menyerang orang? Tidak tahu untuk apa, karena ‘keluar tanduk’  pada manusia adalah perubahan sifat baik menjadi buruk (kalau tidak bisa dibilang jahat). Lalu bagaimana cara mengatasinya? Di film Bad Boys,  si detektif Marcus Burnett (Martin Lawrence) selalu mengucap Whooosah … bila dia sedang marah atau mulai tidak terkontrol emosinya. Kita di Jakarta mungkin lebih mudah untuk mengambil segelas air putih minum untuk menenangkan diri. Atau ambil air wudhu. Itu yang paling mujarab. Anda mulai bertanduk … (hewan apa namanya)

Leave a comment